Penanganan Terkini Gangguan Belajar Disleksia Pada Anak
Disleksia
adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan
oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan
menulis. Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan
seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam
perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan
menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.
Terminologi disleksia juga digunakan
untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang
dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut
sebagai Aleksia. Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis,
disleksia juga ditengarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada
beberapa pengidapnya.
Penderita disleksia secara fisik
tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas
pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam
urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari
atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang
seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering
menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa
hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat
menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.
Sejumlah ahli juga mendefinisikan
disleksia sebagai suatu kondisi pemrosesan input atau informasi yang berbeda (dari anak normal) yang
sering kali ditandai dengan kesulitan dalam membaca yang dapat
memengaruhi area kognisi, seperti daya ingat, kecepatan pemrosesan input, kemampuan pengaturan
waktu, aspek koordinasi, dan pengendalian gerak. Dapat juga terjadi
kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan
di berbagai aspek perkembangan.
Faktor resiko tanpa memandang
jenis kelamin, suku bangsa atau latar belakang sosio-ekonomi-pendidikan
tampaknya tidak berkaitan dengan penderita Disleksia. bisa mengalami disleksia.
Tetapi riwayat keluarga dengan disleksia merupakan factor risiko
terpenting karena 23-65% orangtua disleksia mempunyai anak disleksia
juga.
Pada awalnya anak lelaki
dianggap lebih banyak menyandang disleksia, tapi penelitian – penelitian
terkini menunjukkna tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah laki dan
perempuan yang menglami disleksia. Namun karena sifat perangai laki-laki
lebih kentara jika terdapat tingkah laku yang bermasalah, maka sepertinya
kasus disleksia pada laki-laki lebih sering dikenali dibandingkan pada
perempuan.
Para peneliti menemukan disfungsi
ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam
beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua. Secara umum disleksi
dibagi sebagai disleksia sebagai visiual, disleksia auditori dan
disleksia kombinasi (visual-auditori). Sebagian ahli lain membagi
disleksia berdasarkan apa yang dipersepsi oleh mereka yang mengalaminya
yaitu persepsi pembalikan konsep (suatu kata dipersepsi sebagai lawan
katanya), persepsi disorientasi vertical atau horizontal (huruf atau kata
berpindah tempat dari depan ke belakang atau sebaliknya, dari
barisan atas ke barisan bawah dan sebaliknya), persepsi teks terlihat
terbalik seperti di dalam cermin, dan persepsi di mana huruf atau
kata-kata tertentu jadi seperti “ menghilang.”
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak
lahir) dan aquired dyslexsia
(didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita
sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada
otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di
area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan
adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik,
kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep
ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat,
dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat
mengalami keuslitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca,
kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.
Penelitian retrospektif menunjukkan
disleksia merupakan suatu keadaan yang menetap dan kronis. “Ketidak
mampuannya” di masa anak yang nampak seperti “menghilang” atau
“berkurang” di masa dewasa bukanlah kareana disleksia nya telah sembuh
namun karena individu tersebut berhasil menemukan solusi untuk mengatasi
kesulitan yang diakibatkan oleh disleksia nya tersebut.
Mengingat demikian
“kompleks”nya keadaan disleksia ini, maka sangat disarankan bagi orang
tua yang merasa anaknya menunjukkan tanda-tanda seperti tersebut di atas,
agar segera membawa anaknya berkonsultsi kepada tenaga medis profesional
yang kapabel di bidang tersebut. Karena semakin dini kelainan ini
dikenali, semakin “mudah” pula intervensi yang dapat dilakukan, sehingga
anak tidak terlanjur larut dalam kondisi yang lebih parah.
Tokoh-tokoh
terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi disleksia adalah
Albert
Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, dan Vanessa Amorosi,
Orlando Bloom, Cher, Steve Jobs, Walt Disney, Erin Brockovitch , Thomas Edison,
Tracey Gold, General George Patton, Salma Hayek, Nelson Rockefeller, Jewel,
Pablo Picasso, Keira Knightley, Hans Christian Anderson, Leonardo da
Vinci, John Lennon, Alexander Graham Bell, Thomas Jefferson, John F.
Kennedy, George Washington, Mohammad Ali, Steven Spielberg
Pada masa
usia prasekolah ini dapat diperinci menjadi dua masa, yaitu masa vital
dan masa estetik
1.
Masa Vital. Pada masa ini,
individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal
dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam
kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang
sebagai sumber kenikmatan anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam
mulutnya itu, tidaklah karena mulut sumber kenikmatan utama, tetapi
karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi
(penelitian) dan belajar.
2.
Masa Estetik. Pada masa ini dianggap
sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik di sini dalam arti
bahwa pada masa ini, perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca
inderanya. Kegiatan eksploitasi dan belajar anak terutama menggunakan
panca inderanya, pada masa ini, indera masih peka, karena itu Montessori
menciptakan bermacam-macam alat permainan untuk melatih panca inderanya.
Karakteristik
Disleksia
·
Tanda-tanda disleksia bisa dideteksi
sejak dini. Pada usia prasekolah, pengidap disleksia biasanya kidal atau
tak mahir jika cuma memakai satu tangan, bingung atau sering tertukar
kanan dan kiri. Selain itu, mereka suka tergesa-gesa, miskin kosakata,
atau kesulitan memilih terminologi atau nama yang tepat. Misalnya, “Saya
tak mau berenang karena kolamnya tebal,” (baca: dalam) atau “Kemarin saya
diberi kue sama si itu.”
·
Pada usia 5-8 tahun, hal itu
ditandai dengan kesulitan mempelajari huruf dan bunyinya, menggabungkan
huruf menjadi kata, membaca, dan memegang alat tulis. “Pada umur 7 tahun
seharusnya bisa menguasai huruf. Jika pada umur 8-9 tahun masih tak bisa,
dimungkinkan disleksia,” kata dia.
·
Tanda lain adalah kebingungan soal
konsep ruang dan waktu serta kesulitan mencerna perintah yang
disampaikan secara verbal, cepat, dan berurutan. Namun, yang patut
dipahami adalah disleksia bukan karena si penyandang bodoh. Beberapa
penyandang disleksia justru orang yang brilian.
·
Terdapat hambatan dalam masalah
fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik
antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan
”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata-kata yang
mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”.
Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan
dengan proses pengolahan input di
dalam otak.
·
Terdapat hambatan dalam masalah
mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level kecerdasan
normal atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan mengingat
perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan
memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku
yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita,
tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.
·
Terdapat hambatan dalam masalah
penyusunan yang sistematis atau berurut: Anak disleksia mengalami
kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam
setahun, hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering
”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya
lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau
langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal, orangtua
sudah mengingatkannya bahkan mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam
agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan
dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan
memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan
adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu
berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun
”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak
yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
·
Terdapat hambatan dalam masalah
ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan memahami
instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu
menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian,
cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama
ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR Matematikanya, ya”, maka
kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi
tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan
ibunya.
·
Terdapat hambatan dalam masalah
pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam
memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka
menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang
berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila
pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam
bahasa Indonesia dikenal susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas
merah). Namun, dalam bahasa Inggris dikenal susunan
menerangkan-diterangkan (contoh: red
bag).
·
Masalah yang juga bisa
mengikuti penyandang disleksia di antaranya konsentrasi, daya ingat
jangka pendek (cepat lupa dengan instruksi). “Penyandang disleksia
juga mengalami masalah dalam pengorganisasian. Mereka cenderung
tidak teratur. Misalnya, memakai sepatu tetapi lupa memakai kaus
kaki. Masalah lainnya, kesulitan dalam penyusunan atau pengurutan,
entah itu hari, angka, atau huruf.
·
Biasanya disertai attention-deficit hyperactivity disorder,
autisme, demam bengong (epilepsi tipe lena), keterbelakangan mental, dan
kecerdasan di atas rata-rata. “Jika ada kelainan lain, perlu diberi
terapi multidisiplin.
·
Penyandang disleksia juga
punya sisi positif. Biasanya mereka memiliki kemampuan di bidang lain
yang baik, bahkan melebihi rata-rata. “Otak pengidap disleksia membaca
dengan cara yang tak sama dengan mereka yang tak mengidap disleksia. Biasanya
mereka memiliki keunggulan di bidang visual-spasial, kesadaran sosial,
penyelesaian masalah, geometri, atau komputer
Tanda
Disleksia Pra Sekolah
·
Suka mencampur adukkan kata-kata dan
frasa
·
Kesulitan mempelajari rima
(pengulangan bunyi) dan ritme (irama)
·
Sulit mengingat nama atau sebuah
obyek
·
Perkembangan kemampuan berbahasa
yang terlambat
·
Senang dibacakan buku, tapi tak
tertarik pada huruf atau kata-kata
·
Sulit untuk berpakaian
Adapun
tanda-tanda disleksia di usia sekolah dasar:
·
Sulit membaca dan mengeja
·
Sering tertukar huruf dan angka
·
Sulit mengingat alfabet atau
mempelajari tabel
·
Sulit mengerti tulisan yang ia baca
·
Lambat dalam menulis
·
Sulit konsentrasi
·
Susah membedakan kanan dan kiri,
atau urutan hari dalam sepekan
·
Percaya diri yang rendah
·
Masih tetap kesulitan dalam
berpakaian
Penanganan
·
Usahakan
agar benar-benar aktif dalam mendampinginya dari waktu ke waktu.
Penderita disleksia setiap saat akan menemukan kesulitan-kesulitan. Dan
bila kita biarkan mereka mencari jawabannya sendiri,maka ketika menemukan
kegagalan demi kegagalan,si penderita justru akan menjadi semakin bodoh.
Keadaan tersebut akan memperburuk penyimpangannya.
·
Memberikan
dorongan sedemikian rupa untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Penderita
disleksia akan cenderung menghabiskan waktunya untuk mencari cara
dalam usahanya untuk menguasai sejumlah materi pelajaran
seperti,membaca,menulis dan hitungan-hitungan. Perjuangan ini hanya akan
tetap bertahan apabila kepercayaan dirinya terus terjaga
·
Buatlah
semenarik mungkin ketika mengajarinya membaca. Hampir
semua anak penderita disleksia tidak suka pelajaran membaca,karena
membaca adalah pekerjaan yang paling berat bagi dirinya. Carilah isi
bacaan yang disukai oleh subjek,sehingga hal tersebut akan menjadi
menarik bagi subjek untuk terus mambacanya walaupun sulit.
·
Berikan
model peran ,seperti orang-orang sukses yang disleksia. Model
peran sangat penting mereka untuk meningkatkan semangatnya, dan
tidak selalu harus Albert Einstein, karena mungkin itu terlalu kuno.
Ambilah misalnya Orlando Bloom,Jackie Chan,Mc Dreamy,Patrick Dempsey (ini
adalah tokoh-tokoh pria sukses yang disleksia). Untuk wanita bisa diberikan
tokoh: Selma Hayek,Jewel,Whoopi Goldberg yang tentu akan membangkitkan
semangat dan harapan kesembuhan pada dirinya.
·
Bantu
mereka dengan teknologi yang membantu. Memberikan
komputer saja untuk anak-anak disleksia tidak akan sangat membantu. Berikan
mereka software seperti Dragon
Naturally Speaking atau Kurzweil 3000 . Biarkan mereka belajar sampai ia
benar-benar menguasainya .
·
Gunakan
Metode Pendekatan Multi-Sensori. Wilson Reading System.
Orton-Gillingham, dan Slingerland Approach merupakan pendekatan
pengajaran Multi-sensori. Mengajar mereka dengan pendekatan multi-sensori
akan sangat membantu proses recoverynya.Ke enam cara ini bisa anda
gunakan untuk bisa membantu mereka.
Bila si kecil mengalami kesulitan
membaca secara teknis, seperti sering terbolak-balik membaca kata atau
bingung dengan huruf yang bentuknya mirip, Anda bisa membantunya dengan
cara :
·
Mulailah melatihnya dengan
mengenalkan huruf, suku kata, lalu berlanjut dengan kata yang terdiri
dari dua suku kata, dan seterusnya. Anda juga bisa membuatkan huruf dari
lilin warna-warni agar ia lebih bersemangat untuk belajar.
·
Lakukan metode dikte. Cobalah Anda
mendiktekan suatu kata atau kalimat kepadanya dan biarkan ia
menuliskannya. Atau lakukan sebaliknya, biarkan si kecil mendikte dan
Anda yang menulis. Lalu minta ia membacakannya kembali.
·
Ajak si kecil untuk membaca suatu
wacana yang sumbernya bisa dari buku bacaan atau buku cerita bergambar.
Kemudian lakukan tanya-jawab mengenai wacana tersebut.
·
Berikan tugas yang melatih rangsang
visualnya.
Latihan
Khusus Yang Bisa diberikan
Ajarkan Si
Kecil Menulis
·
Sebagian anak yang menderita
disleksia memiliki tulisan yang kurang bagus. Ini disebabkan kontrol
motoriknya yang tidak berfungsi dengan baik. Langkah yang bisa dilakukan
antara lain:
·
Berikan Ia sebuah buku bergambar
dengan pola titik-titik. Ajarkan Ia untuk menghubungkan titik-titik
tersebut hingga menjadi sebuah gambar. Ini berfungsi untuk melatih
kemampuan motorik halusnya.
·
Latihlah terus si kecil untuk
menulis halus, berupa pola ataupun kalimat. Berikan pensil yang tebal
(misalnya pensil 2B) bila tekanan menulis si anak terlalu lemah dan
pensil yang tipis (pensil H) pada anak yang tekanan pada kertasnya
terlalu kuat.
Ajak Si
Kecil Bermain angka dan Melatih Ingatan Untuk membantunya mengingat
urutan hari dalam satu minggu, bulan dalam satu tahun ataupun sejumlah
deretan angka, Anda bisa membantunya dengan cara berikut :
·
Jangan pernah lupa untuk
mengingatkan ia setiap hari tentang tanggal ataupun hari saat ini.
·
Lakukan permainan yang melatih
kemampuannya dalam mengurutkan, seperti permainan menyusun angka, kalimat dan
sebagainya.
·
Di waktu luang, mintalah ia
menceritakan kembali secara berurutan suatu kejadian yang Ia alami dalam
satu hari atau sebuah film pendek yang baru saja ditontonnya.
·
Bila si kecil sulit memahami
matematika, seperti salah menempatkan angka dan sulit menghitung mundur
atau memahami simbol. Gunakan kertas berpetak untuk melakukan penjumlahan
atau pengurangan. Ganti lambang-lambang yang sulit dimengerti dengan
istilah yang mudah dipahami.
Ajak Si
kecil Untuk Memahami orientasi
Kesulitan lain yang dialami anak
disleksia adalah sering kali ragu memahami orientasi ruang seperti
kanan-kiri, depan-belakang, ataupun atas-bawah. Tak jarang pula dari
mereka yang tidak mengerti waktu dan tempat di mana mereka berada. Untuk
meningkatkan kemampuan orientasinya, langkah berikut bisa Anda terapkan:
·
Ajak si kecil untuk mengikuti
permainan baris-berbaris atau permainan “Pegang telinga kiri dengan
tangan kananmu!”. Ini berfungsi untuk melatih kemampuan orientasinya
·
Jika si kecil benar-benar sulit
membedakan mana tangan kanan dan kiri, berilah tanda seperti gelang pada salah
satu tangannya.
·
Bacakan buku dan bantu mereka saat
hendak membaca buku sendiri
·
Untuk usia pra sekolah, ajarkan
rima, bermain game kata-kata dan puzzle juga akan membantu.
·
Ajarkan dan latih bersama bagaimana
mengenakan pakaian
·
Jangan memfokuskan pada
kelemahannya, dukung kegiatan yang disenangi
·
Bantu untuk mengerjakan PR
·
Tingkatkan kepercayaan diri mereka
Pelatihan
Lainnya
·
Melatih anak menulis sambung
sambil memperhatikan cara anak duduk
dan memegang pensilnya. Tulisan sambung
memudahkan murid membedakan antara
huruf yang hampir sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Murid harus
diperlihatkan terlebih dahulu cara menulis huruf
sambung karena kemahiran tersebut
tidak dapat diperoleh begitu saja. Pembentukan huruf yang betul
sangatlah penting dan murid harus dilatih menulis
huruf-huruf yang hampir sama berulang kali. Misalnya
huruf-huruf dengan bentuk bulat: ”g, c, o, d, a, s, q”,
bentuk zig zag: ”k, v, x, z”, bentuk linear: ”j,
t, l, u, y”, bentuk hampir serupa: ”r,
n, m, h”.
·
Adanya komunikasi dan pemahaman yang
sama mengenai anak disleksia antara orang tua dan guru
·
Anak duduk di barisan paling depan
di kelas
·
Guru senantiasa mengawasi /
mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka
halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain,
misalnya halaman 50
·
Guru dapat memberikan
toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan tulis sehingga
mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru dapat
memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
·
Anak disleksia yang sudah
menunjukkkan usaha keras untuk berlatih dan belajar harus diberikan
penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling dengan
waktu istirahat yang cukup.
·
Guru dan orang tua perlu
melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar matematika dengan anak
disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan sistem belajar yang
praktikal. Selain itu kita perlu menyadari bahwa anak disleksia
mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika,
oleh karena itu tidak bijaksana untuk ”memaksakan” cara penyelesaian
yang klasik jika cara terebut sukar diterima oleh sang anak.
·
Aspek emosi. Anak disleksia
dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka
berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda
dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi
demikian buruk akibat ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi
ini akan membawa anak menjadi individu
dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak
percaya diri. Dan jika hal ini tidak segera diatasi akan terus
bertambah parah dan menyulitkan proses terapi selanjutnya. Orang tua dan
guru seyogyanya adalah orang-orang terdekat
yang dapat membangkitkan semangatnya, dan memberikan motivasi.
No comments:
Post a Comment